Sunday, February 17, 2008

Masyarakat dan pilkada

Masyarakat Bogor sebentar lagi akan menghadapi dua pilkada, yaitu pilkada Walikota Bogor dan pilkada KDH tingkat I yaitu pemilihan Gubernur Jawa Barat. Masyarakat sudah mulai bisa membaca spanduk dan poster yang terpasang di beberapa sudut kota “memperkenalkan” calon-calon yang bakal bertarung dalam arena pilkada. Pemasangan spanduknya pun belum jor-joran masih sebatas mengantisipasi event yang sedang berlangsung dengan memberikan ucapan selamat seperti puasa ramadhan dan lebaran, karena memang jadwal kampanye belum dimulai.

Pemasangan spanduk dengan menyebutkan nama calon memang ada “indikasi” untuk melakukan sosialisasi pada masyarakat, agar mengenal calon pemimpin masa depannya. Masyarakat haruslah mengetahui siapa saja calon yang akan berlaga dalam arena pilkada, karena masyarakat akan menentukan siapa pemimpin mereka nantinya. Masyarakat akan melaksanakan pemilihan kepala daerah secara langsung. Maka dalam spanduk yang terpasang tertulis nama dan ada gambar diri calonnya.

Calon peserta pilkada merasa perlu agar profile dan aktifitasnya diketahui masyarakat sehingga mereka memasang spanduk dan terkadang sepak terjangnya terekam dalam berita di koran-koran. Adalah suatu pemikiran yang logis apabila makin sering kegiatan calon peserta pilkada terekam oleh media massa, terutama dalam kegiatan sosial yang peduli pada kehidupan rakyat kecil, akan menaikan pamor calon dimata masyarakat pemilihnya. Masyarakat akan semakin sering membaca kegiatan tentang calon dari media massa sehingga masyarakat akan mempunyai gambaran bahwa calon tersebut cocok dengan pilihannya.

Kegiatan yang dilakukan calon menjelang pilkada haruslah bisa dibedakan oleh masyarakat, apakah ada tujuan dibalik peliputan tersebut? Dalam hal ini pejabat incumbent yang mengajukan diri kembali dalam pilkada yang akan datang, mempunyai kesempatan lebih luas dan pemahaman kondisi masyarakat lebih baik dibandingkan dengan calon lainnya. Terlebih lagi nama dan gambarnya sudah dikenal masyarakat dengan luas. Pejabat incumbent bisa mendapatkan peliputan dan sorotan yang lebih banyak dibandingkan dengan calon lainnya. Apalagi bagi calon yang namanya baru muncul menjelang pilkada dan belum pernah terlibat dalam kegiatan birokrasi. Upaya calon yang berada diluar sistem tersebut harus lebih keras lagi supaya dikenal masyarakat karena secara logis memang “kalah” daripada calon yang sedang menjabat dalam pemerintahan.

Pengenalan masyarakat terhadap calon peserta pilkada tidak hanya dari nama dan gambar dirinya saja, tetapi juga profile calon, kegiatan-kegiatan calon yang nyata dalam membangun masyarakat dan daerahnya. Upaya memperkenalkan diri dan kegiatan yang biasa dilakukan calon bisa melalui berbagai cara seperti pembuatan spanduk, brosur, dan pencetakan stiker serta lain-lainnya. Satu hal yang penting dan efektif adalah adanya peliputan media massa terhadap kegiatan-kegiatan calon peserta pilkada. Media massa seperti koran dan televisi termasuk ampuh dalam mengangkat keberadaan calon keatas pentas, karena daya sebar media massa yang serentak dan meliput wilayah yang luas. Materi yang diliput dalam media massa berupa berita, gambar, cuplikan film, dan mungkin juga beberapa tanya jawab antara masyarakat dengan calon. Masyarakat sekarang semakin pintar dan memiliki informasi yang luas, sehingga calon peserta pilkada jangan terlalu menggantungkan harapan akan terpilih oleh masyarakat hanya karena namanya lebih dikenal dan gambarnya terpampang dibanyak spanduk di sudut-sudut kota. Calon peserta pilkada sebaiknya mulai melakukan sosialisasi tentang visi dan misi nya dalam menjalankan pemerintahan. Hendak dimana kemana rakyat ini dan apa yang akan dilakukan selama menjabat sebagai kepala daerah. Masyarakat yang kritis dan berpikir logis akan lebih memilih calon yang mempunyai tujuan yang jelas dan realistis dalam menjalankan pemerintahannya.